KONFLIK DALAM ORGANISASI
1.1 Contoh konflik
Perpecahan ditubuh DPC PDI P Kabupaten Wonosobo usai kalah dalam PilKada 2 Agustus lalu mulai nampak. Ancaman DPC PDI P yang disampikan pada Sabtu 4 September lalu melalui Rakrcab akan memberi sangsi kepada para kader yang dianggap tidak loyal mendapat respon dari sejumlah kader lain yang mengaku tidak takut dengan langkah tersebut.
Salah satu kader yang merespon hal tersebut adalah Suhardi Wakil Ketua I DPC PDI P Kabupaten Wonosobo ini menyampaikan bahwa pihaknya merespon baik atas seruan dari satgas PDI P yang meminta agar DPC PDI P bertindak tegas terhadap kader yang tidak loyal dalam pemenangan Pilkada lalu mendukung kader yang diusung oleh partai berlambang banteng moncong putih tersebut. Namun, sebelum mengambil langkah tersebut, DPC bisa intropeksi diri sebetulnya siapa yang tidak menjalankan amanat partai.
“Oke, kalau memang kader yang tidak loyal akan ditindak. Kita lakukan klarifikasi terlebih dahulu. Jangan asal tindak. Sebab, sejak awal proses pencalonan Pilakada sudah tidak beres,” tandasnya.
Dijelaskan dia bahwa dalam Rakercab tersebut tidak akomodatif. Sebab, pihaknya yang sampai saat ini tercatat sebagai pengurus DPC PDI P aktif dan menjabat Wakil Ketua I , selama proses Pilakada hingga Rakercab tidak pernah diundang. Wajar bila dalam kerja-kerja partai tidak pernah terlibat karena tidak pernah diundang.
“ Saya sangat siap untuk mengamankan partai. Untuk itu, sebelum dilaporkan ke DPD dan DPP nama-nama yang dianggap tidak loyal tersebut harus dilakukan klarifikasi, tidak asal melaporkan ini partai, harus demoratis,”katanya
Dia menilai, bahwa kekalahan PDI P pada Pilkada lalu karena proses penentuan calon sejak awal mengingkari mekanisme partai. Sebab turunya rekomendasi pasangan Aziz- Afif tidak sesuai prosedur sesuai dengan SK 424 yang di keluarkan DPP yang salah satu butirnya menjelaskan bahwa calon yang diusung PDI P adalah peserta penjaringan.
“Kita tahu, apakah Azis Subekti peserta dalam pendaftaran, tidak ada nama itu. Tapi kenapa bisa dapat rekomendasi. Proses awal saja sudah salah” katanya.
Hal Senada disampaikan Siswadi Soelodipoero Kader Senior PDI P Wonosobo ini menegaskan bahwa kalau memang DPC PDI P akan mengambil tindakan terhadap kader yang tidak loyal, justru Afif Nurhidayat sebagai ketua DPC PDIP harus dievaluasi. Sebab, kekalahan Pilkada Agustus lalu tidak lepas dari kepemimpinannya.
“ Silahkan kader mana yang dilaporkan, tapi harus jelas lakukan klarifikasi dulu, jangan asal melaporkan. Sebab, DPC juga perlu dievaluasi,” tandasnya.
Hal serupa ditegaskan Joko Wiyono kader PDI P yang saat in menjabat sebagai Ketua DPRD Kabupaten Wonosobo menyatakan bahwa DPC PDI P tidak bisa main otoriter dengan cara melaporkan kader yang tidak loyal terhadap DPD dan DPP agar diberi tindakan. Justru sebaliknya, DPC PDI P saat ini yang harus melakukan evaluasi diri. Sebab jika ini berlarut menambah persoalan baru.
“ Tidak bisa main melaporkan saja, lakukan klarifikasi dulu. Tidak boleh otoriter. Sudah tidak jamannya main pecat terhadap kader tanpa alasan jelas, apalagi sebagai partai yang menjadi alat demokrasi,” katanya.
Berdasarkan contoh yang saya berikan, konflik itu bias terjadi di organisasi manapun, baik itu partai, perserikatan, geng, atau grup. Konflik beasal adri kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawasertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.
Ada beberapa pengertian konflik menurut beberapa ahli, di anatarnya :
1. Menurut Taquiri dalam Newstorm dan Davis (1977), konflik merupakan warisan kehidupan sosial yang boleh berlaku dalam berbagai keadaan akibat daripada berbangkitnya keadaan ketidaksetujuan, kontroversi dan pertentangan di antara dua pihak atau lebih pihak secara berterusan.
2. Menurut Gibson, et al (1997: 437), hubungan selain dapat menciptakan kerjasama, hubungan saling tergantung dapat pula melahirkan konflik. Hal ini terjadi jika masing – masing komponen organisasi memiliki kepentingan atau tujuan sendiri – sendiri dan tidak bekerja sama satu sama lain.
3. Menurut Robbin (1996), keberadaan konflik dalam organisasi dalam organisasi ditentukan oleh persepsi individu atau kelompok. Jika mereka tidak menyadari adanya konflik di dalam organisasi maka secara umum konflik tersebut dianggap tidak ada. Sebaliknya, jika mereka mempersepsikan bahwa di dalam organisasi telah ada konflik maka konflik tersebut telah menjadi kenyataan.
1.2 Penyebab Konflik
a) Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
c) Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.
1.3 Jenis Konflik
§ konflik antara atau dalam peran sosial (intrapribadi), misalnya antara peranan-peranan dalam keluarga atau profesi (konflik peran (role))
§ konflik antara kelompok-kelompok sosial (antar keluarga, antar gank).
§ konflik kelompok terorganisir dan tidak terorganisir (polisi melawan massa).
§ konflik antar satuan nasional (kampanye, perang saudara)
§ konflik antar atau tidak antar agama
§ konflik antar politik.
1.4 Akibat dari konflik
§ meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok (ingroup) yang mengalami konflik dengan kelompok lain.
§ keretakan hubungan antar kelompok yang bertikai.
§ perubahan kepribadian pada individu, misalnya timbulnya rasa dendam, benci, saling curiga dll.
§ kerusakan harta benda dan hilangnya jiwa manusia.
§ dominasi bahkan penaklukan salah satu pihak yang terlibat dalam konflik.